Kaltim yang Pertama di Indonesia Gelar Pelatihan Pelatih Fisik hingga Kabupaten/Kota
SAMARINDA - Sebagaipermulaan, kegiatan diawali dengan pemaparan teori oleh Prof Ria Lumintuarso dari Lembaga Pendidikan Pelatih Olahraga (LP2O) Lankor. Kegiatan terlaksana di ruang rapat KONI Kaltim, Jalan Kusuma Bangsa, Samarinda.
Kepada awak media, Ria mengatakan, dalam membangun kualitas fisik yang optimal, ada tiga pertanyaan yang menjadi konsep dasar. Yakni, what to do (apa yang dilakukan), how to do (bagaimana melakukan), dan when to do (kapan melakukan).
“What to do menitikberatkan kepada metodologi yang harus diterapkan saat membangun fisik. How to do sudah lebih spesifik, lebih ke arah bagaimana cara melatihnya. Kan setiap cabor ada kriteria khusus, ya. Metode tadi, diaplikasikan, menggunakan dosisnya, kemudian arah persiapannya saat kompetisi. Adapun when to do adalah mengatur lini masa kapan harus memulai persiapan fisik itu hingga bisa meraih hasil optimal di kompetisi yang sudah ditargetkan,” jelas Ria.
Pada kesempatan itu, Ria menjelaskan dasar metodologi pelatihan fisik. Bagaimana melatih daya tahan atau endurance, kekuatan, kecepatan, fleksibilitas, mobilitas, dan koordinasi. Setelah tahapan itu terjelaskan, barulah berlanjut ke pembahasan program latihan untuk menjawab when to do.
Ria menjelaskan bahwa pelatihan pelatih fisik level 1 nasional menitikberatkan kepada penguatan dasar di tiga pertanyaan tersebut. “Di level 2, barulah mengembangkan metode di level yang lebih tinggi. Kalau level 1 sasarannya atlet di bawah 20 tahun, sasaran level 2 adalah atlet di atas 20 tahun, di mana atlet sudah bisa bersaing di level nasional atau internasional,” urai dia.
Dengan empat hari kegiatan, Ria berharap waktu itu bisa dimaksimalkan. Sebab, setiap cabor memiliki metodologi yang berbeda-beda. “Jadi nanti disesuaikan. Kami akan memberi gambaran umum, kemudian memberi kesempatan kepada para pelatih masing-masing untuk mem-breakdown berdasarkan cabornya. Kemudian nanti dipraktikkan,” ucap dia.
Ria mengapresiasi langkah KONI Kaltim yang akan meneruskan pelatihan pelatih fisik ini hingga ke level kabupaten/kota. “Ini sejalan dengan rencana Kemenpora tentang desain olahraga nasional, karena untuk membangun prestasi nasional yang baik, harus dibangun dari level kabupaten/kota,” jelasnya.
Dia pun menceritakan pengalamannya selama menjadi pelatih di Satlak Prima. Banyak atlet yang masuk ke pelatnas, namun dalam kondisi fisiknya jelek. “Sehingga kami ambil kesimpulan bahwa ini harus diatasi dari daerah. Jadi, Ketika dipanggil seleknas, mereka sudah punya fisik yang baik. Ini untuk mendukung misi Indonesia meraih 3-5 medali emas di Olimpiade 2028. Jadi, langkah yang diambil Kaltim ini sangat tepat,” ucap dia. (*)